PERAN PENDUDUK ACEH DI DALAM MEMPERJUANGKAN REPUBLIK INDONERIA
Aceh yang mula-mula bernama Aceh Darussalam pada tahun (1511-1959) selanjutnya
pernah disebut dengan nama Daerah Istimewa Aceh di tahun (1959-2001) dan Nanggroe Aceh Darussalam (2001-2009) dan menjadi
provinsi Aceh pada tahun (2009) adalah provinsi
paling barat di Indonesia.
Aceh memiliki otonomi yang diatur tersendiri, berbeda dengan kebanyakan
provinsi lain di Indonesia, karena alasan sejarah. Daerah
ini berbatasan dengan Teluk
Benggala di sebelah utara, Samudra
Hindia di sebelah barat,Selat
Malaka di sebelah timur, dan Sumatera
Utara di sebelah tenggara dan
selatan.
Ibu
kota Aceh ialah Banda Aceh.
Pelabuhannya adalah Malahayati-Krueng Raya, Ulee Lheue, Sabang, Lhokseumawe dan Langsa. Aceh
merupakan kawasan yang paling buruk dilanda gempa dan tsunami 26 Desember 2004. Beberapa
tempat di pesisir pantai musnah sama sekali. Yang terberat adalah Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh Barat, Singkil dan Simeulue.Aceh
mempunyai kekayaan sumber alam seperti minyak bumi dan gas alam.
Sumber alam itu terletak di Aceh Utara dan Aceh Timur.
Aceh juga terkenal dengan sumber hutannya, yang terletak di sepanjang jajaran Bukit
Barisan, dari Kutacane,aceh
tengah, Aceh
Tenggara, Seulawah, Aceh Besar,
sampai Ulu Masen di Aceh Jaya.
Sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) juga terdapat di Aceh
Tenggara.
Aceh
Darussalam pada zaman kekuasaan zaman Sultan Iskandar Muda Meukuta Perkasa Alam (Sulthan
Aceh ke 19), merupakan negeri yang amat kaya dan makmur. Menurut seorang
penjelajah asal Perancis yang tiba pada masa kejayaan Aceh di
zaman tersebut, kekuasaan Aceh mencapai pesisir barat Minangkabau hingga Perak.
Kesultanan Aceh telah menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan di dunia Barat
pada abad ke-16,
termasuk Inggris, Ottoman, dan Belanda. Kesultanan Aceh terlibat
perebutan kekuasaan yang berkepanjangan sejak awal abad ke-16, pertama dengan Portugal, lalu
sejak abad ke-18 dengan Britania
Raya (Inggris) dan Belanda. Pada
akhir abad ke-18, Aceh terpaksa menyerahkan wilayahnya di Kedah dan Pulau
Pinang di Semenanjung Melayu kepada Britania Raya.Pada tahun 1824, Persetujuan Britania-Belanda ditandatangani, di mana Britania
menyerahkan wilayahnya di Sumatra kepada Belanda. Pihak Britania mengklaim
bahwa Aceh adalah koloni mereka, meskipun hal ini tidak benar. Pada tahun 1871, Britania
membiarkan Belanda untuk menjajah Aceh, kemungkinan untuk mencegah Perancis dari mendapatkan kekuasaan di kawasan
tersebut
Perang Aceh dimulai sejak Belanda menyatakan perang terhadap Aceh pada 26 Maret 1873, dimulai dari kedatangan Jenderal J.H.R
Kohler dengan jumlah pasukan sebanyak 3.198, termasuk 168 perwira KNIL.Setelah
melakukan beberapa ancaman diplomatik, namun tidak berhasil merebut wilayah
yang besar. Perang kembali berkobar pada tahun 1883, namun lagi-lagi gagal, dan pada 1892 dan 1893, pihak Belanda menganggap bahwa mereka telah gagal
merebut Aceh. Bahkan, pada hari pertama perang berlangsung, 1 unit kapal perang
Belanda, Citadel van Antwerpen harus mengalami 12 tembakan meriam dari pasukan
Aceh
Dr. Christiaan Snouck Hurgronje, seorang ahli yang berpura-pura masuk Islam
dari Universitas Leiden yang telah berhasil mendapatkan kepercayaan dari banyak pemimpin
Aceh, kemudian memberikan saran kepada Belanda agar serangan mereka diarahkan
kepada para ulama, bukan kepada sultan. Saran ini ternyata berhasil.
Pada tahun 1898, Joannes Benedictus van Heutsz dinyatakan sebagai gubernur Aceh, dan bersama
letnannya, Hendrikus Colijn, merebut sebagian besar Aceh
Sultan M.
Dawud akhirnya meyerahkan diri kepada Belanda pada tahun 1903 setelah dua istrinya, anak serta ibundanya
terlebih dahulu ditangkap oleh Belanda. Kesultanan Aceh akhirnya jatuh pada
tahun 1904. Saat itu, Ibukota Aceh telah sepenuhnya direbut Belanda. Namun
perlawanan masih terus dilakukan oleh Panglima-panglima di pedalaman dan oleh para Ulama Aceh sampai akhirnya jepang masuk dan menggantikan peran belanda.Sementara pada masa
kekuasaan Belanda, bangsa Aceh mulai mengadakan kerjasama dengan
wilayah-wilayah lain di Indonesia dan terlibat dalam berbagai gerakan
nasionalis dan politik. Aceh kian hari kian terlibat dalam gerakan nasionalis
Indonesia. Saat Volksraad (parlemen) dibentuk, Teuku Nyak Arif terpilih sebagai wakil
pertama dari Aceh. (Nyak Arif lalu dilantik sebagai gubernur Aceh oleh gubernurSumatra pertama, Mr. Teuku Muhammad Hasan.
Saat
Jepang mulai mengobarkan perang untuk mengusir kolonialis Eropa dari Asia,
tokoh-tokoh pejuang Aceh mengirim utusan ke pemimpin perang Jepang untuk
membantu usaha mengusir Belanda dari Aceh. Negosiasi dimulai pada tahun 1940.
Setelah beberapa rencana pendaratan dibatalkan, akhirnya pada 9 Februari 1942
kekuatan militer Jepang mendarat di wilayah Ujong Batee, Aceh Besar. Kedatangan
mereka disambut oleh tokoh-tokoh pejuang Aceh dan masyarakat umum. Masuknya
Jepang ke Aceh membuat Belanda terusir secara permanen dari tanah Aceh.Awalnya
Jepang bersikap baik dan hormat kepada masyarakat dan tokoh-tokoh Aceh, dan
menghormati kepercayaan dan adat istiadat Aceh yang bernafaskan Islam. Rakyat
pun tidak segan untuk membantu dan ikut serta dalam program-program pembangunan
Jepang. Namun ketika keadaan sudah membaik, pelecehan terhadap masyarakat Aceh
khususnya kaum perempuan mulai dilakukan oleh personel tentara Jepang. Rakyat
Aceh yang beragama Islam pun mulai diperintahkan untuk membungkuk ke arah matahari
terbit di waktu pagi, sebuah perilaku yang sangat bertentangan dengan akidah
Islam. Karena itu pecahlah perlawanan rakyat Aceh terhadap Jepang di seluruh
daerah Aceh. contoh yang paling terkenal adalah perlawanan yang dipimpin oleh
Teungku Abdul Jalil, seorang ulama dari daerah Bayu, dekat Lhokseumawe.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar